Minggu, 29 Desember 2019

Malam Selasa Kliwon, 17 Juli 2000



Mengapa manusia kekeringan walau sudah sering berdoa/sumeleh terhadap Gusti? Bagaimana mempunyai pikiran/sikap positif yang stabil? Kadang pikiran/sikap positif datangnya terlambat.

            Saat sesuatu yang tidak di inginkan (teguran, amarah, celaan) atau hal yang negatif terjadi pada diriku secara tidak terduga dan itu mengganggu atau membuatku tidak nyaman akibat perilaku orang lain, reaksi spontan yang terjadi adalah marah atau emosi.

Mengapa marah atau emosi ini terjadi, secara sederhana ini merupakan tanda bahwa kita tidak memahami orang lain, karena peranan ego yang tinggi dalam diri, orang bertindak tentu ada alasannya. Cobalah untuk menjadi orang lain.

Kita tidak siap menerima itu, kurang persiapan.
Dari sisi lain marah atau emosi terjadi karena kita bereaksi/bersikap negatif, tidak sabar, merasa lebih mengerti, menganggap orang lain sampah, tidak ada gunanya. Mari kita tinjau sifat umum manusia, tidak ada manusia yang mau diremehkan, ingin dirinya dihargai, manusia tidak mau dianggap dirinya bodoh,jelek, dll.

Faktor yang menyebabkan adanya reaksi/sikap positif adalah kawruh atau pengertian. Belajar melihat tujuh langkah ke samping, depan, belakang, dst. Melihat segala kejadian secara lebih luas. Untuk mengurangi ego dengan cara rilonarimo, rela/iklas dalam memberi tanpa adanya tuntutan, menerima apa pun yang terjadi pada diriku dengan senang hati/ menerima apa adanya dengan syukur.
Umumnya manusia ada ditengah-tengah, belum menguasai nafsu-nafsu, menjadi liar. Ada empat nafsu, yaitu nafsu kekuatan, nafsu semangat, nafsu kecerdikan, dan nafsu kesucin. Dalam Injil disebutkan, “Belum bisa menyangkal diri”.

Langkah-langkah untuk bersikap atau bereaksi positif :
1.      Membutuhkan ketenangan, kuat
2.      Ketenangan akan ada bila memiliki ketentraman bathin
3.      Ketentraman bathin terwujud apabila dapat mengendalikan hawa nafsu
4.      Terkendalinya hawa nafsu dalam diri saat adanya sikap rilonarimo
5.      Sikap rilonarimo hanya akan terjadi jika kita tansa eling (selalu ingat) lan waspada, Eling Kersaning Allah, ingat pada Kehendak Allah.
Apa yang Allah Kehendaki? Dalam bahasa Kristiani ehendak Allah adalah Damai dan Sejahtera.
Terlambatnya bersikap atau bereaksi positif itu menandakan bahwa kita belum Eling. Bagaimana agar tetap eling? Caranya tetap eling (dihubungkan dengan sikap yang harus dijalani seorang murid untuk cepat maju atau menjadi murid tauladan) yaitu :
A.    Cepat Koreksi Diri, secepat mungkin agar kesalahan tidak tambah parah.
B.   Cepat Tidak Mengulang Kesalahan Lagi, jika kesalahannya telah menjadi kebiasaan sulit untuk di perbaiki.
C.     Cepat Mengampuni atau meredakan amarah, umumnya manusia berat mengampuni.
D.    Cepat Bersyukur kepada Allah atas berkat yang diberikan, dan berterimakasih kepada sesama dalam keadaan apapun.
E.     Cepat Berjanji untuk menjadi Murah Hati, Janji Pengorbanan..
Inilah yang sepantasnya dilakukan oleh pribadi manusia hidup di dunia ini.

Pengertian sudah berpola pikir positif tapi marah atau emosi masih ada, kenapa?
            Ini terjadi karena pengertian hanya berhenti pada sebagai pengertian, belum ada pelaksanaan atau menjadi keberadaan. Banyak kita atau manusia mencampur-adukakan antara pengertian dan keberadaan. Keberadaan terserah kita, tergantung kita karena laku urusan masing-masing, Ganthawa fokusnya hanya pengertian.

Pengertian tanpa laku hanya awang-awang atau mimpi, laku tanpa dibarengi dengan pengertian itu ngawur atau sesat. Biar tidak menemui kekecewaan pengertian harus menjadi keberadaanku, kawruh bisanya nyata kanti laku, atau ngelmu iku kelakone kanti laku, antara pengertian dan keberadaan mesti satu, jangan terpisah. Pribadi seperti ini sulit berbuat jahat karena sudah menjadi kebiasaan berada dalam pengertian.

Bagaimana pancer menguasai empat saudara?
            Sedulur papat jika diperas menjadi pikiran, komandannya pikiran. Pancernya roh atau suara hati, konsultannya Sri Krsna, Yesus.
Umumnya manusia mengikuti kuda, sementara hal itu menyenangkan dan memusuhi roh. Belajar mistik tujuannya, keberhasilan memenangkan roh dari pikiran, isi dari pikiran adalah informasi dan pengalaman.

Bagaimana memenangkan roh :
1.      Mengandalkan diri, banyak macamnya.
2.    Diawali dengan pembebasan keterikatan (sementara) roh dari fisik, berhasil kembalikan kesemula atau Ngerogo Sukmo, baru bisa menguasai empat kuda, raga tunduk pada roh. Daging lemah dan justru roh terikat pada daging, menjadi lemah.
3.      Pikiran ibarat kaset, merekam sedulur papat, pikiran-pikiran manusia lain, dunia, lingkungan dengan kebiasaannya. Dengan isi rekaman itu kita bersikap, berkebeeradaan, bereaksi. Tujuan ingin kembali ke Verdus (tidak ada yang bisa mematikan), return to eden.
Bagaimana menghapus rekaman untuk diisi yang baru? 
anggur yang baru tempatnya pun baru”, mempersiapkan diri menjadi manusia yang baru.
Penghapusan seperti proses metamorfosa : untuk menjadi kupu-kupu ulat melewati proses menjadi kepompong. Ulat (:apa adanya saat ini), kepompong (:pengosongan, memisahkan diri dari lingkungan), kupu-kupu (:keberhasilan pancer menguasai empat kuda)
Kaset di ‘program sendiri’ yang baru. Segalanya bagaimana aku! Aku yang berperanan utama. “Kamu terang atau garam dunia”.
Gantharwa mengajak meloncat menjadi ‘programer’, orang percaya pada Tuhan dan memprogram diri. Bagaimana aku mensikapi sesuatu itu.
4.      gentur tapa bratane” dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan menepati janji pada diri sendiri dengan semangat lebih.
Keberhasilan menempati janji akan membuat kita ‘dipercaya’, dengan dpercaya maka akan menjadi “berkuasa atau berwibawa”.
Jaminan makin tinggi kepercayaan sesuai penempatan janji.
Maka dengan ini,
…..Roh memerintahkan…….Hai raga kuatlah…….Raga menjadi kuat…..

Mengapa manusia ‘kering’ walau sudah sering berdoa atau sumeleh?
            aja rumangsa bisa ning bisa ngrumangsani”,  dilihat dari sisi negatifnya. Mari kita tinjau dari sisi positifnya, Yesus dari kecil melakukan penginjilan dan penyembuhan di Bait Allah, sat-saat kritis menjelang kematian di kayu salib merindukan kehariran Allah dan Allah cuek (:kekeringan). Antara hidup dan mati Yesus kekeringan, berteriak-teriak : “eli, eli lama sabaktani”, ya Allah, ya Allah mengapa kau tinggalkan aku, menggerutu, jadi selama ini apa artinya?!

Mengapa?
            Tanpa sadar kita di adu domba,  ditabrakkan dua hal yang berbeda. Dengan doa atau sumeleh tentu tidak kering, kita salah pengertian atau pengertian tidak utuh. Disini ada dua makna, bisa kering ternyata basah atau kering yang sebenarnya. Sebenarnya kekeringan dalam sumeleh itu tidak mungkin.

Figur Yesus, Yesus tidak kering! Karena Yesus tidak pernah menggerutu, dalam hal ini Yesus memerankan diri sebagai umat manusia. Secara sederhana, pada zamanya orang benar dipermandikan, maka Yesus dipermandikan, ini tanda Yesus mengikuti tradisi manusia agar diterima oleh manusia sebagai pribadi yang benar, sebenarnya Yesus tidak perlu dipermandikan.

Pada situasi ‘main drama kekeringan’ ini Yesus mengingatkan, bahwa manusia akan mengalami hal seperti ini, saat kritis antara hidup dan mati manusia akan berteriak-teriak seakan-akan Allah meninggalkan atau tidak memperhatikan. Inilah Penginjilan Yesus, digenapi, bahwa Allah Bapa tidak cuek buktinya Yesus dibangkitkan tiga hari setelah kematiannya di kayu salib.

Hal yang harus di ingat :
            Jangan menerima Ajaran Yesus hanya dalam kata-kata, tapi diperlukan sikap, perbuatan, dan mentauladani.

Jangan kawatir Tuhan akan selalu beserta kita dalam kebenaran, tetaplah dalam pengharapan.
Dalam hal membutuhkan jawaban atas pertanyaan, sering kali terjadi bahwa pribadi manusia membuat pertanyaan benar tapi jawabannya ingin seperti jawabannya sendiri atau sudah punya jawaban sendiri.

Dimana atau bagaimana batas antara Kebebasan dan Kekuasaan?
(Guru sharing, dimana Guru paling sulit menjawab kondisi ini)
            “Apa gunanya Kekuasaan kalau hanya untuk menghargai Kebebasan? Apa artinya Kebebasan jika mengakui Kekuasaan?” (dua hal yang bertentangan)
Sejarah : Dunia diciptakan untuk kebahagian manusia, terjadi serah terima. Terjadinya perang, dunia menjadi rusak, pandangan masyarakat umum, Tuhan cuek, diam saja, terus bagaimana? Apakah manusia juga harus diam?!

Ini adalah urusan manusia sendiri, kekuasaan telah diberikan kepada manusia, apakah dunia mau dirusak atau dipelihara!

Allah memberikan kebebasan pada manusia dan Allah selalu siap menolong pada yang minta, secara total dunia diserahkan kepada manusia.

Peranan kita yang telah diberi kuasa, kebebasan pada ‘kemauan’ manusia tidak bisa diganggu-gugat, kuasa pada action atau tindakan, maksimal yang pantas dimana kita menggunakan kuasa.
Bumerang pada yang menyalahgunakannya, “ngunduh wohing penggawe”.
Penggunaan kuasa maksimal, dalam mempertahankan atau melindungi atau perlindungan (:fisik, kecerdikan, mengelak), termasuk yang minta perlindungan itu dilakukan pemagaran.

Bagaimana jika melakukan action atau ngebuki?
            Hanya boleh dalam batas memberi pelajaran, biar kapok/sadar/bertobat, ‘boleh membuat sakit tapi jangan sampai merusak’.
Kapan membuat ketegasan!

            Secara fisik : Jika itu ambang antara Hidup dan Mati.
            Secara roh : Jika itu ambang antara Kebenaran dan Kesesatan
Sebenarnya antara Kekuasaan dan Kebebasan tidak bertentangan, Kekuasan itu untuk membebaskan, karena kebebasan yang dimiliki manusia liar dengan kekuasaan menjadi kebebasan dalam kebenaran, dengan kuasalah kita membebaskan. Allah Mahakuasa justru membebaskan manusia.
“Bebaskan manusia dari belenggu roh jahat dan niat jahat manusia”.

Sekian wejangan dari Kyai Ganjel.

Rahayu,
Berkah Dalem Gusti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar