Minggu, 29 Desember 2019

Malam Selasa Kliwon, 21 Agustus 2000


Kyai Ganjel dan Pak Bagyo


[Wejangan diwedar oleh Kyai Ganjel, Kadang Sampurna Raja]

Sarasehan : Penyatuan pengertian

Bagaimana bisa serasi dengan sesama dan Allah? Serasi dengan Allah dulu baru sesama atau bagaimana?

Keserasian secara luas yaitu, keserasian dengan kalimasada (Allah, malaikat, manusia, binatang, dan alam).
Harusnya serasi mulai dari Allah (umumnya manusia sulit), secara manusiawi umumnya mulai dari alam/materi. Secara umum keserasian itu bersama-sama, berjalan nyatu dan kompak, tidak bisa salah satu. Mulaipun harus bersama-sama.

Marah terhadap hal yang menjengkelkan, suatu kewajaran atau harus dihilangkan?

(…berusaha membahas/meneliti sesuatu dari awal, berpangkal lebih dalam…)
Sederhana: semangat yang negatif menjadi marah (:awal dari pembunuhan) ini sudah salah.
Marah tanda-tanda orang egois (:pribadi), orang miskin (:menuntut)/melarat (:materi), orang bodoh (:pengertian), orang yang sakwasangka negatif (:sikap), reaktor negatif, orang gagal (:cita-cita), suatu penderitaan, kerusakan/merusak (:barang).
Marah dalah wajar bagi yang tidak wajar, ini benar-benar salah, bicara pada lingkungan yang sudah rusak.

Cinta itu kaku, Tegas. Ketegasan Allah ada tiga:
1.      Secara biologis/eksyen/konkrit : marah
2.      Secara rohani : “menghujat roh kudus tiada ampun”
3.      Secara universal : kiamat.
Mengapa? Tanpa ketegasan dunia makin rusak.
Apakah Allah yang Maha Kasih, marah! “Jangan menyebut Nama Allah dengan tidak hormat”.
Menghajar dengan dasar Cinta, tanpa merusak/ketegasan tidak merusak (batasan konkrit tidak mudah: dosisnya bagaimana?!)

Dapatkah kita membuat Tuhan kagum dari diri kita yang apa adanya (:tanpa pertobatan)?

(pertanyaan ini mirip dengan, dapatkah Tuhan menciptakan batu yang Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya? Tuhan selalu dapat, tapi masalahnya mau nggak. Bukan berarti kalau Tuhan tidak bisa mengangkat Tuan tidak berkuasa)
            Tidak, kalau iya berarti Tuhan menyetujui yang negatif!

Secara mendalam bertobat (:sikap) adalah titik tolak menjadi baik, secara sikap roh sudah suci. Kerusakan diperbaiki menjadi pulih dan kita akan dikagumi Tuhan. Dimana disaat manusia mulai bertobat disitu Allah mulai mengagumi, setelah itu apakah dipertahankan atau turun.

Saat Yesus disalib disebelah kanan ada Paulus, orang berdosa yang bertobat juga disalib, ia berkata,”Yesus jangan lupakan aku”, Yesus berkata, “Hari ini juga kamu bersama dengan Ku”. Inilah bukti betapa besar kasih Allah (hal ini jangan membuat kita menjadi iri atau berpikiran negatif). Perkembangan yang salah, Allah lebih mencintai orang yang berdosa (kita tidak harus sakit dulu baru ketemu dokter tapi saat sehat pun ketemu dokter). Kehangatan/kerinduan bertemu Allah, sindiran bagi yang merasa tidak berdosa kehangatan/kerinduan kurang.

Hubungan manusia dengan Allah :
1.     Secara Hukum/Aturan (:masuk surga syaratnya ini…), Formal. Kena Hukum Karma (:Hindu, Buddha)
2.  Secara Pribadi/Keakraban, Allah itu pribadi membutuhkan kehangatan/kerinduan Kasih (:Kristen, Jawa)

“Yang merindukanKu akan masuk Surga”
Mengenal Yesus sebagai pribadi dan mengenal Yesus sebagai aturan/jalan.
Jangan yang terdahulu menjadi yang terkemudian dan yang terkemudian menjadi yang terdahulu, mengingatkan kepada kita yang dekat/hangat dengan Allah menjadi lupa apa yang harus dilakukan.

Menghargai ‘sesuatu’ sesuai dengan tingkat kesulitan atau karena ini kita menjadi gagal?! Bagaimana agar menghargai obyektif, murni?

            (Perumpamaan : emas dan oksigen)
Menghargai sesuatu sesuai tingkat kesulitan, ini umumnya manusia (:kesalahan mental/rohani).
Diberi gratis, maka meremehkan dan akhirnya menemui kegagalan. Dengan bayaran, pengorbanan maka akan mempertahankan dan menganggap ini benar bermanfaat.
Sangat dipengaruhi kawruhnya untuk bisa menghargai secara objektif. Sharing Guru : Guru menerima Lisensi/Paten setelah 18 tahun dan Guru menggap kurang bisa menghargai yang selamanya dirindukan.

…Dengan fasilitas Lisensi…mau menerima…dengan tanda lahiriah..
Banyak diantara kita yang belum bisa menghargai kehebatan Lisensi, meminta tanpa proses. Allah kaya bahkan Maha kaya minta dikasi ini wajar, logis.

“Tan daya tan upaya”, Jawa memberi start mulai dari sini.

Mbah Guru kepasrahannya tinggi,…jalan diatas air, gantung di daun…
Yang menutupi secara objektif adalah pikiran, “…mana mungkin…”.

“Tiada yang mustahil bagi iman, iman sekecil biji sesawi dapat mengangkat gunung”.

…..kepasrahan…, inti pengertian Lisensi dan kita harus berada disini. Fanatik perlu dalam hal yang positif, karena mengerti (:makna bendera dan Jawa) dan disiplin/pelaksanaannya.
Langkah memantapi : awal perlu kepercayaan – praktek. Mulai dari dimana kita mengerti dan saya praktekkan.

Penerimaan murid ada dua metode :
1.      Menerima dengan seleksi / kemampuan, duniawi : nama terkenal, sukses, bangga.
2.      Menerima dengan apa adanya / kasih, duniawi : nama merosot
Kerajaan Allah menerima murid yang paling bodo, yang paling dikasihani, memberi kesempatan bangun lagi.

Cinta yang baik tanpa syarat, cinta mengalahkan segalanya, maka jangan kalah sama dosa.
Suasana yang membosankan, menjemukan bukan ditinggalkan tapi diperbaiki.


Rahayu,
Berkah Dalem Gusti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar