Sabtu, 08 Februari 2020

ASHRAM DARI BABAJI : GAURI SHANKAR PEETAM


Mahāvatar Babaji


5

ASHRAM DARI BABAJI : GAURI SHANKAR PEETAM


Ashram Babaji yang terletak dekat Badrinath di Himalaya, dekenal sebagai Gauri Shankar peetam. Hal itu telah diuraikan oleh V.T Neelakantan (Ramaiah, Mei 1954 hal 3-10) menurutnya ia telah di izinkan (Oleh Babaji) melakukan kunjungan dengan tubuh astralnya ketempat itu dua kali pada pertengahan akhir oktober 1953. Neelakantan mendapati secara tiba-tiba ia telah meninggalkan tubuh fisiknya di Madras, India dan telah berganti dengan tubuh yang yang lain, berdiri dengan Babaji di Gauri Shankar peetam. Uraiannya tentang Ashran Babaji dan aktivitasnya adalah sebagai berikut ini :

Ashram terletak dekat kuil kota Badrinath di daerah yang dikelilingi oleh tebing batu yang terjal di semua tempat sisinya dengan sederetan gua di dasar. Gua yang paling besar ditempati oleh Babaji sendiri. Di sudut berseberangan dengan gua itu ada dua air terjun.

Penghuni ashram berjumlah 14 orang dan pada kunjungan itu mereka menggunakan air terjun besar untuk mandi dan air terjun kecil untuk minum. Air kedua air terjun itu membentuk dua aliran yang menyatu di ujung berlawanan dari daerah itu dan lalu menghilang ke sebuah terowongan jalan keluar. Di malam hari, meskipun tak ada sumber penerangan listrik, seluruh daerah itu di terangi dengan baik. Suatu kekuatan misteri menahan orang yang berniat mendekati Ashram itu dan tertahan dalam jarak kira-kira satu mil. Sebagai akibatnya, tak seorangpun dapat mencapai Ashram tanpa izin Babaji.

Gauri Shankar Peetam
(Sumber gambar : http://ukbys.org/babajis-kriya-yoga)

Penghuni Ashram termasuk saudari Babaji (saudari sepupu dari pihak ayah), yang bernama Mataji Naga Lakshmi Dewiyar (dikenal juga sebagai Annai). Dia memakai sari dari katun, putih warnanya dengan bordir hijau dan selempang merah meliputi lehernya. Menurutnya, dia adalah sosok perempuan yang benar-benar cantik dengan kulit terang, lekukan kurus dan lebih tinggi dari abangnya. Pipinya agak panjang dengan tonjolan tulang pipi, dan menyerupai Kashi, murid Paramahansa Yogananda di lihat dari depan, dan istri Neelkantan dari samping.
Annai Nagalakshmi Dewiyar bertugas untuk mengorganisir Ashram dan melayani para penghuni dalam beberapa pekerjaan. Dia mengawasi persiapan makanan sehari-hari yang sederhana, makanan Vegetarian (tanpa daging) untuk makan siang. Makanan itu mendukung kehidupan kehidupan seorang yogi (Yogi lifestyle) dari Ashram itu.  Dia memelihara dengan hati-hati, sebuaah tanaman “tulasi” yang besar bertengger di puncak sebuah “peetam” atau kuil, mendekati empat kali tingginya.

Babaji dan Mataji, di Gauri Shankar – artis Gail Tarrant

            Setiap hari dia rajin memuja “Dewi Tulasi”, seorang pemuja agung dari Lord Krishna. Dewi Tulasi diberikan anugerah istimewa oleh Lord Krishna di sepanjang segala abad sebagai Tanaman Tulasi di Surga tempat kediaman Lord Krishna.

            Cara favorit Annai dalam pemujaan adalah memuja kaki suci Lord Babaji dalam sebuah upacara yang dikenal sebagai “Pada Poosai”, pada artinya kaki dan poosai artinya memuja dengan bunga. [Pemujaan pada kaki “Lord Babaji” adalah suatu ekspresi kedekatan akan kasih seseorang dan suatu simbol yang menunjukka kepasrahan dan aspirasi. Di kesluruhan literatur Tamil yang suci, dalam Thirumandiramnya Thirumoolar, misalnya, bisa diketemukan refrensi mengenai pemujaan kaki Sang Master, “Memegang kaki Master dan Lalu mendaki”, memberikan lambang bahwa dengan bersandar pada Lord dan Master dan aspirasinya, manusia akan tiba pada Pencerahan Diri (Self Raslization)]. Selama upacara ini dia dengan kasih sayang menaruh kaki Babaji di sebuah piring perak, mencuci dan menuangkan minyak sesame,bubuk kacang mung, susu dan pewangi yanglain atau bahan-bahan berharga lainnya. Kemudian dia mendekorasi kaki ini dengan abu suci (Vibhuti), abu dari api yajña yang sudah di mantrai juga dengan “kumkuma” (bubuk merah dari bunga Vermillion/dan sejumlah bunga lainnya yang tumbuh dekat Ashram).

Annai memuja kaki suci Lord Babaji pada upacara Pada Poosai
(Sumber gambar: http://ukbys.org/babajis-kriya-yoga)

Penghuni-penghuni lainnya termasuk beberapa orang laki-laki, jenggotnya memanjang menyentuh batas pusar. Seorang pengusaha Muslim, setelah mempersembahkan semua tentara dan kekayaannya kepada Babaji dan lalu ditolak oleh Sang Master, pada akhirnya menyerahkan dirinya sendiri kepada Master dan dia diterima sebagai murid Babaji. Sepasang orang Bule (Barat), Ibu dan anaknya yang berumur 10 tahun, Swami Pranabananda, “Saint dengan dua badan” juga hadir disana.

Dia dikenal sebagai “Amman Pranabananda”, dan secara fisik sangat menyerupai tubuh pada reinkarnasinya yang terakhir kecuali kalaulah dia membiarkan rambut dan jenggotnya tumbuh panjang.

Swami Pranabananda telah diceritakan oleh Yogananda (Yogananda, 1969, hal 22-28, 260, 350). Swami Pranabananda, pada akhir inkarnasi terakhirnya telah meninggalkan tubuh wadagnya secara sadar (a conscious exit from physical body) dan itu di sebut Maha Samadhi, didepan murid-muridnya yang berkumpul. Beberapa tahun kemudian ia lahir kembali (reborn).

Swami Pranabananda, Amman, “Dadaji”
           
Sebagai seorang muda, ia tiba-tiba ingat kehidupan sebelumnya dan hubungannya dengan Babaji. Ia lalu pergi ke Himalaya untuk mencari gurunya yang tak bisa mati itu. Pada akhirnya karena berkat Babaji, Ia dipersatukan kembali dengan gurunya. Setelah mempraktekkan Kriya Yoga secara intensif di bawah bimbingan Babaji selama bertahun-tahun, ia mencapai keadaan tak dapat mati atau Soruba Samadhi. Dia dihormati dan dikenal dengan nama “Dadaji” atau “Amman Pranabananda”. Ia sekarang melayani sebagai sumber inspirasi spiritual dan pembimbing bagi banyak murid. Dia juga menjadi pengawas pemeliharaan taman di Ashram.

Diantara para pengikut Babaji, hanya Amman dan Annai yang berhasil mencapai keadaan tak bisa mati (deathless state) atau Soruba Samadhi. Pencapaian mereka, lebih dari apapun juga dan merefleksikan kesempurnaan dari pasrah diri kepada Tuhan, tujuan tertinggi dari Kriya Yoga. Dengan berhasil melampaui batas kesadaran akan sang ego, sekarang mereka membantu semua orang yang mencari asistensi. Annai, bertugas spesial untuk membantu para Sadhaka Yoga selama meditasi tengah malam untuk membersihkan pikiran bawah sadar (subconscious) dengan penggunaan teknik meditasi pertama yang di ajarkan selama inisiasi Kriya Dhyana Yoga.

Amman Pranabananda, sebagai master dari teknik meditasi yang ke empat, membantu para yoga Sadhaka untuk menyaring (mendapatkan) potensi besar dari inspirasi intelektual.

Banyak saint (orang suci) dan para rishi mendapatkan God Realization (Kesadaran Tuhan) di dimensi spiritual dan mental. Bagaimanapun juga hanya beberapa yang mampu berhasil untuk melakukan penyerahan diri total kepada Kesadaran Ilahi (Divine Consciousness) pada level dimensi atau strata yang vital dan pada sel-sel tubuh manusia, sehingga mereka masih bisa menjadi sasaran kekuatan penyakit, bertambah uzur karena umur, dan akhirnya berakhir dengan kematian. Bagi semua Sadhaka Kriya Yoga (murid-murid yang telah mendapat inisiasi Kriya Yoga) dan pada pengikut, Babaji, Annai, dan Amman adalah contoh ideal akan self surrender, keprasrahan dengan totalitas sempurna.      

           Mereka adalah pada kenyataanya harus diakui sebagai perwujudan hidup dari zat Ilahi.

         Para penghuni Ashran setia pada disiplin yang merupakan jadwal sehari-hari yang terpusat pada praktek Sadhana Yoga, yang meliputi Asanas (postur-postur yoga), Pranayama (pernafasan), Meditasi, Mantra dan Bhakti yoga. Menurut V.T. Neelakantan, setiap orang bangun jam 4 pagi hari. Setelah mandi di air terjun besar, ada kesempatan 1 jam untuk melakukan yoga Shadana dengan penekanan pada pranayama. Di siang hari para penghuni mengikuti Shadana masing-masing yang terkait, kadang-kadang berkonsultasi dengan Babaji, mengenai beberapa teknikuntuk di praktekkan.

Personalitas Babaji yang penuhkasih sayang dengan rasa humornya yang hangat dan welas asih yang universal, membangkitkan rasa sayang semua orang kepadanya. Bila seseorang harus memiih kata yang tepat untuk sebutan bagi Babaji, kata itu adalah “Kerendahan Hati”.

Menurut cerita lain dari seorang saksi mata di petang hari, penghuni Ashram duduk dalam suatu lingkaran dan melantunkan mantra di sekitar Api Homa di depan gua Babaji. Mantra yang populer adalah: “Om Kriya Babaji Namah”. Kata Om dan Aum berarti  suara dari Jagad raya, Alam semesta dan masing-asing dapat di alami getarannya baik di dalam maupun di luar. Namah berasal dari kata Namaha yang artinya Salut (salutation) atau Menghormati, dilantunkan menurut beberapa macam melodi dan irama. Selama perayaan Guru Purnima pada pada awal bulan Juli, bunga-bunga dipersembahkan ke kaki suci Babaji oleh semua penghuni Ashram. Ibu Ashram, Annai Naga Lakhsmi dipuja oleh semua yang hadir dengan hormat yang besar, sebagai perwujudan dari Ibu Ilahiah atau Kosmik Shakti.

Dalam wacananya, Babaji menyatakan tentang dirinya sendiri sebagai telah mencapai “Eksistensi Absolut” (Absolute Existence), “Kebenaran” (Truth) dan Kebahagiaan Surgawi atau Ananda (Bliss). Dia mengacu pada dirinya sendiri sebagai Personalitas Impersonal dari Alam semesta (Impersonal Personality of the Universe), keanekaragaman dalam keesaan “Semua dalam Satu dan yang Satu dalam semua”, Immortal (abadi, tak mati lagi), Tak terbatas (Infinite) dan jadi Diri Abadi (Eternal Self).

Seorang seyogyanya mempelajari Kriya Yoga Dhyana (meditasi) untuk bisa memahami dan menyadari Personalitas Ilahinya sendiri. Para sadhaka Kriya Yoga haruslah mengerti bahwa “Surga di Dunia” yaitu Gauri Shankar Peetam berada bukan hanya di pegunungan Himalaya, tetapi juga dihati para pengikut Babaji. Ashramnya yang fisikal, secara fisik tak bisa dimasuki oleh sembarang orang, karena Babaji memilih untuk bekerja secara diam-diam dan dengan tenang, tanpa nama di dunia ini, membantu ribuan devotee (Baktha) dan berjuta-juta jiwa untuk berevolusi dengan kecepatan dan keadaanmereka masing-masing. Ibarat stasiun broadcasting (penyiaran) dia memancarkan pesannya untuk cinta kasih dan perdamaian universal kepada setiap orang.

[Hasil gambar untuk babaji


“Om Kriya Babaji Namaha,
Om Kriya Babaji Namaha,
Om Kriya Babaji Namaha”



(Sumber dari Buku “Babaji dan Tradisi 18 Siddha Kriya Yoga” Jilid 1, karya M. Govindan, M.A. hal 75-80)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar