Minggu, 16 Februari 2020

Hari 58 – 85: Bersama Osho


Hasil gambar untuk osho
 Hari 58 – 85
Bersama Osho – Yang Tercerahkan

58
Manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sediri terhadap kemampuan, pengertian, dan kesadarannya sendiri. Kemudian bertindak sesuai itu.

59
Humor, senda-gurau, kasih itulah pertanda kehidupan.

60
Menghargai kehidupan berarti memuliakan Allah. Karena tidak ada sesuatu yang lebih mulia dari kehidupan itu sendiri.

61
Daripada berpikir tentang revolusi dan berupaya untuk mengubah masyarakat, lebih baik berpikir tentang meditasi dan berupaya untuk mengubah individu.

62
Ia yang ingin hidup bebas harus belajar menerima tanggung jawab. Tidak lagi mencari kambing hitam. Dan bertanggung jawab penuh atas apa pun yang terjadi pada dirinya.

63
Berubah selalu. Biarlah langkahmu tak terprediksikan. Biarlah hidupmu tak teramalkan. Yang bisa diprediksi hanyalah sebuah mesin. Yang tak berubah hanyalah jasad tak bernyawa.

64
Keagamaan, inti agama bukanlah suatu untuk dipercayai, tetapi sesuatu untuk dihidupi, dialami.

65
Keberadaan satu adanya. Walau memiliki sekian banyak wujud, sesungguhnya Ia satu dan sama. Satu zat ketuhanan dengan sekian banyak ciptaan.

66
Pengetahuan tentang dunia dengan seluruh isinya sungguh tak berarti, bila dibandingkan dengan pengetahuan diri.

67
Tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Tidak ada dua orang yang sama. Setiap individu sungguh unik.

68
Lakukan sesuatu yang menyenangkan. Menyenangkan bagi dirimu dan bagi setiap orang di sekitarmu. Sesuatu yang dapat mengubah hidupmu menjadi lebih berirama. Sesuatu yang bisa menciptakan perayaan di sekitarmu. Kehidupan seperti itulah yang memiliki arti.

69
Saya tidak pernah melihat seorang pun yang berhasil memperoleh segala sesuatu di dalam dunia ini. Banyak yang telah mencobanya, tetapi gagal semua.

70
Dunia ini akan menjadi tempat yang sangat indah dan nyaman untuk dihuni, bila kita bisa menerima orang lain, sebagaimana ia adanya.

71
Sesungguhnya engkau hanya memiliki “se”-saat. Saat “ini” saja. Bila terlewatkan, saat ini tak akan kembali. Terserah, mau kau apakan. Hidup dalam saat ini atau membiarkannya terlewatkan begitu saja.

72
Engkau tidak bisa memilih antara pikiran dan rasa. Rasa dibutuhkan untuk berhubungan dengan keberadaan. Pikiran dibutuhkan untuk berhubungan dengan masyarakat.

73
Kebiasaan memang mudah. Kesadaran agak sulit, tetapi hanya di awal saja.

74
Dengarkan suara hati nurani. Dialah sang guru sejati.

75
Kematangan tidak berkaitan dengan pengalaman hidup. Tetapi dengan pengalaman batin. Dengan penitian jalan ke dalam diri.

76
Kau tidak melihat dunia sebagaimana adanya. Kau melihat dunia sebagaimana pikiran memaksamu untuk melihatnya.

77
Manusia tidak memiliki tempat tinggal, sebelum ia menemukannya di dalam diri.

78
Persahabatan adalah bentuk cinta yang paling murni, paling tinggi. Seorang “sahabat” tidak mengharapkan sesuatu. Ia sudah merasa bahagia karena bisa memberi. Memang betul, ia pun menerima. Tetapi hal itu terjadi sendiri. Ia tidak pernah memikirkan imbal-baik.

79
Kematian adalah pendapat orang lain tentang diri-“mu”

80
Keinginan bukanlah sesuatu yang bersifat spiritual. Sehingga “keinginan spiritual” itu tidak ada.

81
Kau berasal dari ketiadaan dan akan kembali pada ketiadaan. Antara dua titik ketiadaan itu, sesungguhnya engkau hidup dalam ketiadaan pula. Dengan berpikir, “aku begini”, “aku begitu”, sesungguhnya engkau menipu diri.

82
Kebenaran tidak mengenal setengah-setengah. Ia harus utuh. Bila tidak, ia lebih jelek dari kebohongan.

83
Kau telah melihat dunia luar. Ternyata tidak ada sesuatu yang bermakna. Sekarang lihatlah ke dalam diri. Matamu yang tidak menemukan sesuatu di luar akan menemukan segala sesuatu di dalam.

84
Ingat, “kewajiban” adalah sebuah kata yang jelek. Kasih tidak mengenal kewajiban. Ia melakukan banyak hal, tetapi karena senang melakukannya. Bukan karena kewajiban.

85
Hidup ini sesungguhnya sederhana, mudah. Kita membuatnya menjadi sulit dengan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar