Jumat, 14 Februari 2020

Pernapasan dan Umur Panjang


Hasil gambar untuk m govindan
Yogacharya M. Govindan Satchidananda



Satu-satunya fungsi fisiologis yang dilakukan baik atas kemauan sendiri, atau tidak (otomatis) adalah bernapas. Bernapas bisa dikontrol secara sadar oleh pikiran atau dapat dibiarkan berfungsi secara otomatis seperti proses fisiologi yang lain, seperti pencernaan makanan, yang dibawah kontrol dari tubuh. Jadi pernapasan adalah jembatan yang penting antara pikiran-perasaan (mind) dan tubuh (body), dan dapat mempengaruhi keduanya.

Pola pernapasan kita mencerminkan keadaan emosi dan mental kita – pernapasan menjadi terguncang-guncang selama kemarahan, dan berhenti sementara selama periode ketakutan, tergagap-gagap selama rasa takjub/keheranan, tersendat dalam masa kesedihan, menghela napas dalam rasa lega, lambat dan stabil selama periode konsentrasi, dan berubah-ubah selama periode dimana pikiran tergantung pada bundel pikiran serta emosi yang melintas tak beraturan secara acak.

Adalah sukar untuk mengontrol emosi dan pikiran secara langsung, tetapi mereka bisa dikuasai secara indirect, tak langsung melalui penggunaan pernapasan. Berbagai tradisi meditasi telah lama mengajarkan murid-murid mereka untuk berkonsentrasi pada pernapasan secara halus untuk mengeliminasi pikiran yang mengalihkan perhatian atau mengganggu. Di masa modern ini, banyak studi ilmiah telah mengkonfirmasi efek dari latihan pernapasan dalam pengobatan hypertensi dan penyakit & kelainan yang menyebabkan kekhawatiran dan kecemasan.

Proses dari respirasi dalam dalam mana oksigen ditarik ke dalam sel-sel hidup dan Co2 dikeluarkan dari sel-sel itu adalah sebuah fenomena hidup yang fundamental yang secara universal berada berada di setiap macam organisme yang hidup. Pusat pernapasan yang mengatur irama kontraksi otot yang berhubungan dengan pernapasan dikenal dengan nama : “Medulla Oblongata” (bagian bawah batang otak).

Pernapasan adalah kebutuhan terus-menerus untuk mendapatkan supply oksigen yang cukup dan hidup tidaklah mungkin tanpa adanya kualitas oksigen yang cukup. Dengan pernapasan yang dalam, kita menarik energi dari waduk universal kehidupan.

Sejalan dengan itu, setiap sel individu mempertahankan kecepatan pernapasannya sesuai dengan kebutuhan si individu – akhirnya semua sel-sel hidup bergantung kepada pekerjaan pemenuhan dari sistem respirasi untuk semua keperluan energi mereka. Para Siddha mengacu pada energi dasar yang membawahi seluruh aktifitas, baik secara fisik maupun mental sebagai prana (Life force) atau tenaga hidup yang halus.

Prana diketahui ada di udara yang kita hirup. Di Bumi tempat kita tinggal, di air yang kita minum dan di cahaya matahari.

Beberapa dari saluran-saluran lewat mana prana fisik (physical prana) mengalir, telah dipetakan oleh para Siddha dari India dan Cina, lebih banyak saluran fisik (physical channels) telah di identifikasi sebagai meridian dalam ilmu tusuk jarum (akupuntr), asal-usulnya dikembangkan di India, dan dikenal sebagai Varma dalam sistem pengobatan Siddha. Ini dipraktekkan oleh tabib-tabib Siddha Vaidya sampai kini, terutama di daerah Nager Coil di Tamil Nadu. Juga dipakai sampai kini oleh pelatih gajah di India dan Sri Lanka. Karena levelnya lebih kasar (gross), maka saluran-saluran prana itu bisa dimanipulasi secara fisik, misalnya dengan jarum akupuntur atau tekanan jari (finger Pressure).

Mereka adalah bagian kecil (small subset) saluran prana dari spektrum yang lebih luas atau nadi dari Yoga, seperti yang duraikan di bawah ini :

Hukum dari “Proporsi-proporsi Terbalik” dan umur panjang (Keabadian)

Ilmu para Siddha mengajarkan pada kita bahwa manusia pada umumnya mengambil 15 pernapasan dalam satu menit; dalam satu hari 21.600 pernapasan (15 x 60 menit x 24 jam), dan dalam kecepatan ini, ia dapat hidup selama periode 120 tahun, seperti yang dibatasi oleh prinsip fundamental pada mana pernapasan didasarkan. Prinsip ini mengenali bahwa tidak semua energi yang dipaksa keluar selama pernapasan keluar (exhalation) bisa diambil kembali selama penarikan napas (inhalation).

Sewaktu bernapas normal, energi yang hilang dalam setiap exhalation memanjang 12 inchi ruang dan diperoleh kembali sejauh 8 inchi saat inhalation, hasilnya kehilangan 4 inchi. Sebagian energi yang seharusnya masuk kembali ketubuh hilang dalam setiap proses pernapasan dan oleh karenannya jangka hidup normal 120 tahun banyak berkurang.

Dalam puisi Boganatar (salah seorang Siddha dari 18 Tradisi Siddha Kriya Yoga), Gnana Savera 1.000 ia menerangkan kebenaran ini dan bahkan menunjukkan bahwa bernapas berlebihan mengurangi jangka hidup normal yang berakhir dengan kematian pada makhluk manusia. Waktu makan, napas keluar sepanjang 18 inchi ruang. Waktu berjalan, 24 inchi, waktu lari 42 inchi, dalam aktifitas seks 50 inchi (Seks berlebihan dengan penghamburan sperma/napas akan memperpendek umur dan mempercepat kematian. Kebanyakan raja-raja Tiongkok di zaman dulu mati muda karena terlalu banyak menghamburkan energi ini dengan memelihara ribuan selir – Catatan penyadur). Dan dalam tidur 60 inchi.

Ramalinga Swamigal juga mengkonfirmasikan bahwa kebanyakan tidur mengurangi jangka hidup.

Thirumoolar (salah seorang Siddha dari 18 Tradisi Siddha Kriya Yoga) meratapi hal ini dalam Stanza no 2873 dari Thirumandiram, bagaimana manusia memboroskan energi prana ini, sehingga mengurangi jangka hidupnya. Ia berkata, “Ada 2 sumur air dan 7 mata air. Kakak tertua menimba air ke atas, sementara itu adiknya menyalurkannya ke sawah. Bila sejumlah air tidak mengairi sawah-sawah dimana benih tumbuh, itu akan sia-sia”. Sama halnya, bila amritha (sekresi hormon) tidak mengalir ke tujuh plexus (7 cakra) dimana daya hidup tumbuh, kelemahan akan lebih masuk ke sel organisme dari sistem manusia dan jangka hidup akan menyusut bayak kerena penyakit dan degenerasi.

Seluruh Tantra bab ke tiga dari Thirumandiram berhubungan dengan kontrol dari prana untuk membantu orang hidup sampai 120 tahun (Velan, 1963, hal 60-62, 67, Balaramaiah, 1970, hal 32-33).

Studi ilmiah modern mengkonfirmasi ajaran-ajaran para Siddha dalam hubungannya dengan kehilangan energi dalam pernapasan. Pengetahuan ilmiah telah menemukan bahwa manusia mengeluarkan dan menarik napas sebanyak 12.000 liter udara perhari. Ini menurut kecepatan respirasi sebanyak 18 permenit dan kedalaman respirasi pada 500 CC.

Karena udara yang masuk mengandung 20% oksigen, yang keluar berisi hanya 16% oksigen. Ini menunjukkan bahwa oksigen yang ditahan dalam tubuh Cuma 4% (480 liter perhari). Hal yang sama. Darah tidak mendistribusikan lebih dari 20% dari oksigen yang di kandungnya ke jaringan-jaringan (Velan, 1963 hal 65). Siddhar Tamil Roma Rishi, dalam ayat ke 13 dari “Nyanyian Kebijaksanaan” berdendang, “Bila ia pergi, jangka hidup menyusut; Bila tidak pergi takkan berkurang (Ramaiah, 1968, hal 14).

Di sini yang dimaksud adalah Prana atau energi hidup. Roma Rishi berkata dalam ayat ini, bahwa jangka hidup akan berkurang bila orang kehilangan prana, tetapi bila tak hilang hidup manusia akan terus berlangsung tak terbataskan. Ia menyatakan bahwa manusia tak perlu harus mati bila daya hdup atau prana tak hilang; bila prana bertambah dan ini dapat diambil dari sumber kosmis, untuk mengatasi kematian dan takdir. Hal ini yang oleh Yogi S.A.A. Ramaiah disebut sebagai Hukum dari Proporsi-proporsi Terbalik. Ia mencatat bahwa jangka hidup secara terbalik berhubungan dengan kecepatan pikiran. Jangka hidup normal manusia adalah 120 tahun, dengan mengambil 15 pernapasan dalam satu menit; dalam satu hari 21.600 pernapasan (15 x 60 menit x 24 jam).

Bila kecepatan pernapasan adalah 18 per menit, jangka hidup berkisar pada 96 tahun. Bila karena kebiasaan hidup yang miskin dan penghamburan energi yang tak perlu, dan pernapasan rata-rata dengan 30 per menit, jangka hidup akan menjadi 60 tahun. Bagaimanapun juga, bila kecepatan dipertahankan melalui praktek Yoga dan kontrol diri menjadi rata-rata 5 respirasi per menit, jangka hidup akan menjadi 360 tahun. Bila hanya 1 per menit, jangka hidup akan bertambah menjadi 1800 tahun. Dan bila kecepatan pernapasan dikurangi sampai mencapai nol, maka jangka hidup menjadi tak terbatas.

Yogi Ramaiah telah mengarahkan pada contoh-contoh dari studi mengenai zoology (ilmu tentang kehidupan binatang) modern, yang mengkonfirmasikan Hukum dari Proporsi-proporsi Terbalik. Kura-kura laut hidup pada usia sampai lebih dari 300 tahun, dan binatang itu bernapas pada kecepatan 4-5 respirasi per menit. Binatang-binatang lain seperti kodok, tikus, beruang, pergi bersembunyi tidur dalam musim dingin, dan pernapasan mereka secara drastis berkurang pada masa itu (Ramaiah, 1968, hal 12-14).

Penimbunan Prana.

Para Siddha mengembangkan pola irama pernapasan yang lambat dengan maksud untuk mencegah kehilangan energi sedemikian itu dan memungkinkan mereka sendiri hidup selama mereka suka, untuk melayani kemanusiaan karena oksigen di ambil melalui sistem circulatory atau peredaran, maka sama juga prana diambil lewat sistem syaraf (nervous system) dan dipergunakan sebagai kekuatan – syaraf dalam tindakan berfikir, berniat dan lain-lain.

Kenyataannya regulasi dari cara pernapasan memungkinkan seseorang untuk mengabsorbsi supply prana yang lebih besar untuk di tampung didalam otak dan pusat-pusat syaraf untuk dipakai bila dibutuhkan.

Kekuatan-kekuatan yang menakjubkan dari para Siddha yang sudah advanced tingkatannya sebagian besar adalah karena ilmu pengetahuan dan penggunaan yang intelligent dari energi yang telah ditampung itu. Haruslah diingat bahwa setiap fungsi dari organ-organ tubuh tergantung pada kekuatan syaraf (nerve-force) yang disupply oleh prana – yang dipancarkan oleh matahari dan bersirkulasi diruang bebas. Tanpa energi syaraf atau daya kekuatan syaraf ini, jantung takkan mampu berdenyut, paru-paru takkan mampu bernapas, darah takkan dapat bersirkulasi, dan bermacam-macam organ tubuh takkan bisa melakukan fungsi normalnya masing-masing.

Prana ini tidak hanya mensupply kekuatan listrik kepada urat syaraf, tetapi juga akan memagnetizir zat besi yang ada didalam sistem, dan memproduksi aura sebagai emanasi atau pancaran yang natural. Dan ini bisa dengan mudahnya di peroleh dengan mempraktekkan pernapasan atau pranayama. Seseoran yang telah mempraktekkan absorbsi (penyerapan) dan storing (penampungan) supply prana yang bertambah dalam sistemnya, sering kali meradiasikan, memancarkan vitalitas dan kekuatan, dan ini bisa dirasakan oleh mereka yang datang kontak dengannya. Pemimpin-pemimpin besar di sepanjang sejarah secara alami biasanya dianugerahi dengan magnetisme, daya magnet pribadi ini (Bala Ramaiah, 1970, hal 34-35).

Mensupply oksigen kepada sel-sel tubuh dan memersihkannya dari kelebihan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh oksidasi adalah tujuan utama dari respirasi. Hal itu juga membantu netralisasi temperatur tubuh dan eliminasi dari kelebihan air.

Respirasi terjadi baik diluar maupun didalam.

Respirasi yang terjadi di paru-paru, dengan perjalanan oksigen dari alveoli ke darah, dikenal sebagai respirasi eksternal dan respirasi yang terjadi di sel-sel dari jaringan tubuh dikenal sebagai repirasi internal.

Ilmu pengetahuan para Siddha mengenal umur panjang dan keabadian terutama berhubungan dengn respirasi internal. Rahasia umur panjang terletak dalam teknik untuk mengalihkan pernapasan ke saluran-saluran dan pusat-pusat yang lebih halus.

Para Yogi dan Siddha yang tidak terganggu dalam praktek yoga mereka oleh rasa lapar dan haus telah mengandalkan bantuan dari bagian cerebral (otak) melalui opening atau celah dibelakang uvula (Anak Lidah yang Bergantung di Ujung Tenggorokan), dalam Bahasa Tamil ini disebut Amuridharanai.

Beberapa stanza dalam Thirumandiram merefrensi pada hal ini. Persis berkonsentrasi pada pusat-pusat psikis (psychic centers – psychic = kejiwaan) dan kelenjar-kelenjar mistik (mystic gland – kelenjar pineal) yang letaknya didaerah hypothalamus - hipotalamus, untuk mendapatkan amirdha-amerta (ambrosial fluid = cairan makanan dewa-dewa—DMT). Eliksir kehidupan ini akan menguatkan sistem tubuh manusia dan membuatnya tak mempan terhadap pembusukan/kerusakan, degenerasi, penyakit dan kematian.

Thirumoolar mengatakan adalah usaha yang sia-sia untuk pergi mencari tepat-tempat suci untuk mandi karena center atau pusat-pusat sedemikian itu berada didalam sistem tubuh manusia sendiri.

Para Siddha telah merefer kepada center dari titik antara kedua alis mata didalam karya-karya mereka dalam simbol-simbol nama yang berbeda-beda dalam bahasa Tamil seperti : Tempat dari Tarian Kosmik (Chitsabhai), Benih Tertinggi (Laladum vindu – supreme seed), Kebijaksanaan (Arivu = wisdom), Jembatan (Palam – Brige), Tri Cahaya (Muchundar), Keadaan Void, Kosong melompong (Muppazh), Mata Ketiga (Nettrikan – Third Eye), Gunung Meru, Penyebab Asal Mula Kehidupan (Mulam = Primaeval Cause), Sungai Api (Nerupparu = River of fire), dan lain-lain.

Ada tiga nama lagi yang dianggap sangat penting dalam kaitan dengan Imortalitas manusia. Simbol-simbol Keabadian itu adalah : Saka-kal, Vekathalai, dan Pokapunal, yang berarti Udara Yang Tak Pernah Mati (Vayu), Eter Yang Tak Punah Oleh Api (Akasa) dan Api (Agni). Masing-masing beroperasi di cervical (Bagian leher), hipotalamus,  dan plexus jantung (cardiac plexuses) – dari 3 elemen alamiah itu, fungsi dari Api adalah di jantung, Udara di Sistem Pernapasan, dan Ether (Eter) di cerebrum (otak) terus beroperasi tanpa henti, sampai pada suatu ketika fungsi-fungsi normal dari itu semua terinterupsi (terganggu) disebabkan mungkin oleh mal nutrisi, aktifitas-aktifitas yang tak dikehendaki yang bertentangan dengan hukum alam, dan akumulasi dari kotoran atau sampah dalam tubuh.



(Sumber : Buku Babaji dan Tradisi 18 Siddha Kriya Yoga, Jilid 2, karya M. Govindan, M. A. hal 138-151, Diterbitkan oleh PT. Protona Findo U.E, Jakarta)

Hasil gambar untuk babaji dan 18 tradisi siddha


           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar