Sabtu, 01 Februari 2020

Meditasi Bersama Sang Master Bagian Pertama





Bule Shah, Sang Raja Pelupa memilki Guru bernama Hazrat Inayat Khan (bukan Hazrat Inayat Khan yang pernah Bapak singgung di buku, ia juga adalah seorang guru besar spiritual- pen). Bule Shah seorang yang pelupa, sekarang diberi pelajaran lupa; besoknya diberi pelajaran lupa lagi dan begitu terus, pada akhirnya ia diusir. Karena jauh dari Guru muncul kerinduan didalam diri Sang Raja dan kerinduannya itu dituangkan dalam sebuah lagu. Banyak lagu yang tercipta salah satunya adalah,

Guru meri pooja
Guru Govinda
Guru mere Param Brahma
Guru Bhagavanta

Guru Meri Pooja | Anil Hanslas Bhaiya Ji | Full Song 2016 |


Jatta Sutra

Merupakan salah satu sutra yang dianggap sebagai sari pati dari seluruh ajaran Buddha. Jatta berarti knot atau simpul, simpul-simpul yang tidak teratur. Sutra berarti tali, tali yang mempersatukan. Jatta Sutra berarti kisah tentang simpul.

Ananda adalah seorang murid Buddha yang tidak pernah meditasi, ia hanya sibuk melayani Buddha. Ananda murid yang bersyarat, pernah suatu waktu Ananda mengajukan syarat kepada Buddha, pertama, kalau saya membawa orang lain kamu jangan menolak; kedua, tidak boleh distop melayani Buddha. Ananda akan ikut kemanapun Buddha pergi-meditasi, pengajaran, makan- pendek kata dimanapun ada Buddha disana ada Ananda.

Saat Buddha meninggal para murid mengumpulkan ajaran-ajaran Buddha, dan memori dari Ananda yang paling bagus, karena selama 250-an tahun setelah Buddha meninggal, tujuh puluh persen dari ajaran Buddha adalah merupakan ingatan dari Ananda.

Ananda bercerita dan orang-orang berkumpul.

“Pada suatu saat Buddha berada dibiara, ada dewa yang terang benderang mendekati Buddha…”.

Dewa dalam dalam bahasa sanskerta adalah div, asal kata dari divya yang berarti makhluk yang mengeluarkan cahaya. Setiap orang yang bercahaya-bercahaya karena pengetahuan, harta- disebut dewa.

“…dewa datang memberi salam kepada Buddha terus berdiri dipinggir dan dewa berkata, ‘Ada ikatan, simpul didalam, ada ikatan diluar’…”.

Simpul atau ikatan didalam adalah pikiran-pikiran dan emosi-emosi kita. Setiap pikiran, setiap emosi menyebabkan simpul. Setiap pikiran tidak selalu selaras dengan pikiran lain dan setiap emosi tidak selalu selaras dengan emosi lain. Jika selaras tidak akan terjadi simpul. Simpul juga ada karena friksi. Kenyataan bahwa setiap menit kita dapat memikirkan tujuh hal yang berbeda artinya setiap menit kita menciptakan tiga setengah simpul. Maka pikiran harus diawasi.

Simpul diluar adalah konflik. Apa yang kita ambil dari luar yang tidak selaras dengan pikiran dan emosi kita maka terjadilah simpul, dan bisa juga terdapat banyak simpul-simpul. Orang yang bisa memberikan mukti kepada kamu, yang bisa membebaskan dirimu maka dia adalah orang yang bebas. Curhatlah dengan dia yang tidak ada konflik didalam dirinya.

“…’manusia-manusia semuanya terikat dalam simpul, semua menjadi simpul, oleh karenaitu saya bertanya kepada kamu Gautam, tolong jelaskan siapa yang bisa membuka simpul-simpul ini, yang bisa membereskan simpul-simpul ini?’…”

Gautama adalah nama keluarga bagi Buddha berarti dewa ini akrab dengan Buddha atau ia sudah kenal lama. Dan pertanyaannya dimulai dengan ‘siapa’ bukan dengan ‘bagaimana’, berarti ia sudah berusaha melepaskan simpul, sudah mencoba melepaskan simpul tetapi yang terjdi justru menambah simpul baru lagi, justru tambah kusut.

“…Buddha menjawab, ‘Kamu dapat melepaskan simpul-simpul itu setelah benar-benar sudah mempraktekkan Sila’…”

Sila adalah pedoman prilaku. Pedoman perilaku yang mulia. Pedoman prilaku berdasarkan dharma. Dalam bahasa Jawa susilo, sila yang baik. Nama Presiden kita kita Susilo Bambang Yudoyono, memiliki makna kesiapsediaan yang berdasarkan susilo, menjadi Presiden itu bila perlu perang, ya, perang sekalian; perang berdasar dharma. Siap sedia menghadapi tantangan hidup dengan susila, betapa indah.

“…Selalu cintai jangan menyakiti…”

Dharma adalah demi orang banyak untuk itu saya harus mengamputasi tangan saya yang diserang kangker, butuh operasi untuk kesembuhan. Krishna saat dimedan perang kuruksetra melakukan operasi besar-besaran, operasi dengan dharma base. Susila adalah pedoman perilaku dengan dharma base. Kenapa harus bersusila? Karena itulah satu-satunya cara purifikasi (pembersihan, penyucian-pen) dari segala macam perbuatan.

Kondisi sekarang (indonesia-pen), jika orang-orang pada diam berarti ia berkonspirasi dengan kekerasan yang sedang terjadi. Ketika orang bisa membersihkan perilakunya dengan susila maka Sang Buddha menyebutnya sebagai orang yang bijaksana.

            “…Ketika orang bijak membersihkan dirinya dengan sila ia akan memperoleh kesadaran yang lebih tinggi, lebih tinggi lagi dan juga memperoleh insight, perasaan yang lebih dalam, lebih dalam lagi…”

Purification of meditation, difurifikasi lagi menjadi purification of wisdom. Rasa dalam Bahasa Indonesia adalah perasaan yang mendalam atau bhava.
Ringkasan,
  1. Pembersihan action atau fisik dengan Susila
  2. Pembersihan pikiran dan emosi dengan Meditasi
  3. Pembersihan wisdom – kebijaksanaan, pencerahan dengan ‘penuh gairah’ atau antusias.
Kecendrungan orang yang bijaksana menjadi pendiam. Diam, kebijaksanaan yang ‘diam’ akan menjadi kotor, menjadi basi dan mengotori seluruh tubuh.untuk purifikasi wisdom atau meditasi kita harus antusias, menerjemahkan kebijaksanaan dalam tindakan. Kelebihan, kekuatan kelompok meditasi kita khususnya di Bali adalah antusias.

Jika antusias di Bali hilang maka di Indonesia hilang.
Saya tidak menginginkan kejadian seperti di Monas kemarin, kekerasan datang pada kita dan kita diam, kita harus melawan bukan dengan kekerasan tetapi dengan kasih, seperti ular murid dari Ramakrishna Paramhansa, dipukuli bukan diam setidaknya kamu mendesis, bersuara. Non-violence yang aktif bukan pasif.
Menbersihkan meditasi kita dengan antusias. Antusias terhadap segala tantangan – pekerjaan, lingkungan, masyarakat, Negara, dst.

“…good censor genlement(?)…”

Jangan segan-segan mencari second opinion, tapi carilah yang lebih tinggi dari kita, memastikan yang kita mintai lebih bijak dari kita. Krishna berkata kepada Arjuna, “Carilah orang bijak untuk menuntunmu”, Arjuna menjawab, “Engkaulah yang paling bijak”. Buddha walaupun bijak tetap memberikan pilihan.

“…bebas dari birahi, kebencian dan ketidaktahuan, ketiga hal ini tidak natural dalam diri kita…”

Saat kita anak-anak ketiga hal ini tidak ada, makin lama makin dipertebal didalam diri kita. Avidya bukan tanpa pengetahuan tapi ketidaktahuan.

“…pengaruh yang tidak baik dari luar seperti jamur pada pohon atau kangker yang dapat merusak tubuh kita seluruhnya…”

Jamur pada pohon pertama-tama merusak kulit, hingga mengelupas seluruhnya dan seluruh pohon menjadi kering. Sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang baru, apa yang saya sampaikan sekarang bukan hal yang baru, intinya sama. Kadang saya mengambil dari tradisi Hindu, kadang Buddha, kadang Islam. Semuanya untuk menghibur agar tetap bersama.

Siapa bilang orang yang cerah tidak perlu baca lagi? Dengan banyak baca ia akan dapat menyampaikan sesuatu lebih baik, menggunakan berbagai refrensi. Pengeluaran saya yang terbesar adalah pembelian buku bisa puluhan juta. Itu belum apa-apa, Osho sehari bisa menghabiskan tiga buku, kalau seminggu harus ada sepuluh buku, seperti makan saja ha..ha..  Buku yang ia tulis hampir 500 sampai dengan 600-an, itu bisa, saya dengan menulis sendiri dapat menghasilkan ratusan buku apalagi kalau seluruh ceramah saya dijadikan buku bisa mencapai 500-an juga.

Bonus, angka 25 adalah angka mistis. Saat kita makan dan baru setelah 25 menit otak merespon bahwa tubuh sudah makan, sebelum itu otak akan merespon bahwa tubuh belum makan. Ini juga tips untuk diet, makannya pelan-pelan hingga sampai 25 menit. Begitupun dalam Yoga, latihannya kurang bermanfaat jika kurang dari 25 menit, karena setelah 25 menit baru direspon oleh otak.

“…jangan terpengaruh orang lain…”  

Orang lain makan burger kita makan burger juga.

“…mind and matter tidak ada sisa dalam diri kita…”

Mind adalah sesuatu yang abstrak dan benda-benda, dua-duanya harus hilang tanpa bekas.

“…dalam sense segala pikiran-pikiran dan emosi-emosi yang tidak enak harus hilang…”

Hasil dari meditasi atau budhi harus dikeluarkan, harus diterjemahkankalau tidak akan merusak diri. Seperti Wiswamitra mimiknya selalu marah karena kebanyakan diam di padepokan, lain dengan Vasistha ia melayani, mendampingi Dasaratha. Kegiatan-kegiatan kita – NIM, Pesta Rakyat, Pendidikan dll- jangan pernah menganggap bahwa kegiatan itu untuk melayani orang lain tapi untuk melayani diri sendiri, tujuannya agar tidak ada sisa dari ego kita. Menjadi personal sadhana.
Tradisi Sai dulu, mudah-mudahan sekarang masih, tiap minggu punya waktu dua-setengah jam untuk melayani – orang tua, masyarakat dsb.

Tanya-jawab.

Ambisius kaitannya dengan antusias.
Awalnya ambisius masuk center – mau sehat, tenang, atau mau ketemu Tuhan. Ambisius tidak boleh lama-lama. Tidak ada ambisius tidak ada antusias. Ambisius diarahkan menjadi kepedulian terhadap sesama. Antusiasme untuk melakukan pekerjaan, yang hasilnya untuk perkembangan jiwa, dan menjadi personal sadhana. Jika masih terpengaruh oleh hal-hal diluar berarti belum antusias, atau baru belajar antusias. Harus ada kegiatan-kegiatan baru, karena sifat pikiran cepat jenuh.
Every day is new.
Terus pelajari, antusias tidak ada titik jenuh, kalau jenuh belajar lagi.



(Wejangan Guruji Anand Krishna pada hari Rabu, 11 Juni 2008 di Anand Krishna Center Denpasar, Jl. Pura Mertasari 27 Sunset Road, Abianbase Kuta, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar, pukul: 19.00-21.00 Wita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar